Karya : Dwi Astuti Maolani
Keberhasilan Dikala
Kematian Santri Pujaan
Kematian
Santri Pujaan (Amar)
Bagian 1
Suara lantunan adzan telah bergema dimanapun tempat
terkecuali di desa pelosok ini, di desa ini yang sepi dan sunyi sekali,
jangankan adzan, masjid ataupun musholla saja pun nihil, wajar saja para
penghuni desa pelosok ini banyak yang tidak menunaikan ibadah shalat, jangankan
untuk yang sunnah, yang wajib saja sering kali terloncati dan lebih parahnya
lagi, tidak melakukannya sama sekali,, keadaan tersebut di perhatikan oleh Pak
Sukar, kepala desa sebelah...
‘saya perhatikan, di desa tanjung itu tidak terdapat
masjid ataupun musholla, itu apa tidak salah,,,??? Itu bagaimana,,?’ tanya pak Sukar, kepala desa
sebelah kepada para rekannya di suatu rapat umum..
Disitu juga ada Pak Ahmad, kepala desa di desa Tanjung,
yang sengaja di hadirkan untuk mengikuti rapat keprihatinan ini...
‘owh,,, saya kurang tau itu, Pak Sukar,,!’ jawab Pak
Ahmad dengan enteng...
Tentu saja jawaban seperti itu membuat para rekan pak
sukar tanpa terkecuali pak sukarnya sendiri terkejut dan bingung, mereka pun
saling bertatap muka,,,
‘lho, anda itu bagaimana,,? Anda itu adalah seorang warga
desa tanjung sendiri bahkan anda itu kepala desa di desa tersebut, anda itu
bertanggung jawab atas semua itu, buk...’ terpotong...
Pak Ahmad yang tampak mengenali respect mereka-mereka
terhadap dirinya pun menyela dan mencoba untuk menjelaskan...
‘maksud saya seperti ini lho, pak,,!’
Pak Ahmad menekuk siku tangannya, lalu melanjutkan berbicaranya...
‘dari dulu saya bermukim di desa tanjung ini, itu memang
saya tidak pernah menjumpai masjid ataupun musholla,, da..’ terpotong...
‘apa anda tidak memiliki gagasan baru sedikitpun untuk
merencanakan membangun tempat beribadah,,??’ pekik Pak Anton yang sedari tadi
diam dengan nada yang lumayan tinggi...
Pak Ahmad menghela nafas pelan...
Pak Sukar mencoba untuk menenangkan rekannya yang sedang
terbakar emosi bulet, dan tak lama kemudian...
‘sebenarnya gagasan untuk membangun tempat beribadah itu
sudah muncul 1 bulan yang lalu, dan dananya juga sudah terkumpul dari
masing-masing penghuni rumah warga desa Tanjung ini,,! Sedangkan rencana untuk
membangun tempat beribadah itu,sesuai rencana, itu baru akan mulai pembangunannya
minggu depan,,!’ Jelas Pak Ahmad..
‘mengapa harus minggu depan,,? Bukan sekarang,,?? Bukankah
lebih cepat itu lebih baik...??’ usul pak Sukar sambil bertanya,,,
‘inginnya saya juga seperti itu,, tapi semua warga sedang
sibuk karena pekerjaan mereka, masa yang
membangun hanya saya seorang diri,,! Ya capek dong, saya,,,!’ ungkap Pak
Ahmad dengan percaya diri...
Mendengar jawaban itu, Pak Anton serasa geregetan, Pak
Anton serasa ingin menyahuti ucapan Pak Ahmad tadi, tapi Pak Sukar menahannya
sambil menggelengkan kepalanya, sebagai tanda mencegah,,,
Lalu,,
‘mungkin kita bisa membantu,,?’ tawar pak Sukar...
Pak Ahmad memandang mereka yang tersenyum pada pak Sukar
dan Pak Anton...
@@@
Setelah diadakan rapat tersebut, pembangunan Masjid pun
dilakukan dihari berikutnya, dibantu oleh para warga desa sebelah, sehingga,,,
3 bulan telah berlalu...
Pembangunan telah sempurna...
Terbangunlah sebuah Masjid Baitul Mustaqqim...
Pak Sukar, Pak Anton dan Pak Ahmad pun bertemu kembali...
‘terima kasih atas bantuan dan kerja samanya, Pak,,,!’
Ucap Pak Ahmad sambil menyalami 1 per 1
orang yang ada di tempatnya itu...
Mereka mengiyakan...
@@@
Masjid tersebut pun pada akhirnya digunakan untuk
beribadah oleh warga desa tanjung selama beberapa tahun saja, karena waktu itu
kebetulan ada seorang ustadz yang bermukim di desa ini, selama kurang lebihnya
2 tahun lamanya, namanya Ustadz Manaf, dan di waktu itu juga Ustadz Manaf yang
menjadi imam diantara banyaknya makmum dimasjid. Tak jarang juga beliau
memberikan ilmu-ilmu yang beliau kaji di tempat mengajinya dulu itu, beliau
berikan kepada para warga melalui pengajian-pengajian dan majelis-majelis
tertentu, dan pada akhirnya Masjid tersebut pun berhasil mencapai keramaian
karena diramaikan oleh penduduk-penduduk sekitar...
Tapi, semenjak Ustadz Manaf itu kembali ke daerah
asalnya, Masjid itu seakan-akan hilang kendali, semakin hari Masjid tersebut
semakin sepi, sepi,, sepi dan pada akhirnya, Masjid tersebut pun kembali ke
suasana asalnya, alias kosong,, dan pada pertengahan bulan april, Masjid
tersebut benar-benar tak berpenghuni lagi, sehingga membuat desa tanjung tersebut
sepi dari lantunan adzan layaknya dulu lagi...
@@@
‘kamu harus pulang besok, Amar,,,!’ pinta seorang kakek
yang tampak begitu berwibawa dan berilmu kepada seorang anak didiknya disebuah ndalem
yang tidak begitu besar...
Amar yang sedari tadi duduk, diam dan menundukkan
kepalanya, ketika mendengar ucapan itu
pun langsung mengangkat kepalanya, tanpa segan ia pun memandang ke arah lelaki
tersebut...
‘tap..tapi mbah kyai,,,! Sa’,,, saya mas...’
Amar teramat sedih ketika mendengar permintaan dari sang
kakek tersebut yang ia sebut dengan sebutan mbah kyai...
Yaaa, beliau adalah Mbah Kyai Idris, seorang kyai pendiri
salahsatu pondok pesantren di desa dukuh, beliau sudah begitu renta, tetapi
meskipun umurnya sudah menghampiri kepala enam, jiwa dan raga beliau itu
bagaikan artist papan atas, Raffi Ahmad, karena didalam Qolbunya telah terisi
oleh segala macam ilmu agama, sehingga iman yang beliau tanamkan di hatinya itu
bagaikan kokohnya pohon jati yang begitu besar batangnya,, kokoh,, kuat dan
permanent...
Sedangkan Amar, ia adalah salahsatu santri beliau yang
nyantri di pon-pesnya belum lama ini, tapi menurut mbah kyai idris, kemampuan
Amar memang tidak boleh diremehkan begitu saja, dari kesekian melimpahnya
santri beliau, ada beberapa santri yang memiliki kemampuan yang tidak dimiliki
oleh kebanyakkan santri, ya salahsatu santri tersebut adalah Amar, mungkin
karena keseriusannya dalam numrih ngilmu, kebaktiannya kepada semua orang
termasuk mbah kyai sendiri, serta kebenaran niatnya dalam hal mencari ilmu itu,
yang membuatnya menjadi begitu pandai, sehingga dalam beberapa tahun saja ia
telah berhasil menguasai kajian-kajian ilmu serta kitab-kitab shalaf yang ada
di pon-pesnya, tak heran kalau Mbah Kyai Idris sangat menyayangi santri yang
satu ini,,
Mbah Kyai Idris tersenyum melihat santri kesayangannya
itu bertingkah seperti layaknya orang ingin menangis...
‘a..apa saya melakukan kesalahan, Mbah Kyai,,??’ tanya
Amar ingin tau...
‘tidak,,, kamu tidak melakukan kesalahan apa-apa,
Amar,,,! Saya hanya ingin kamu pulang besok,,!’ jawab Mbah kyai dengan
lembut...
‘lalu, mengapa saya diperintahkan untuk pulang,,??’
Tentu saja itu menjadi sebuah pertanyaan oleh Amar, kalau
tidak melakukan kesalahn kenapa disuruh pulang,,?? Amar pun bingung...
‘bukankah 2 minggu yang lalu kamu meminta izin kepada
saya,,?’ tanya Mbah Kyai dengan seulas senyum melengkung menghiasi bibir
beliau...
Amar tersentak ketika mendengar pertanyaan itu, memang
benar 2 minggu yang lalu, Amar meminta izin untuk pulang ke kampungnya, karena
neneknya sakit, tapi Mbah Kyai tidak memperkenankan, beliau berkata ‘jangan sekarang, saya masih membutuhkan kamu
dalam waktu dekat ini,,,! Bukannya di kempung kamu ada ibu kamu yang
merawatnya,,? Apa dengan datangnya kamu di sana, nenek kamu akan sembuh dengan
segera,,?’, Amar pun menundukkan kepalanya lagi...
‘saya hanya tidak ingin memiliki santri yang lupa kepada
keluarganya sendiri,! Apa kamu tidak kangen sama keluargamu,,?’ tanya Mbah Kyai
lagi...
Amar pun menjawab...
‘maaf, Mbah Kyai,,!’
‘sudah,, sudah,,! Besok kamu pulang saja,,! Ibu kamu
sedang kangen dengan anak bujangnya yang ganteng,,!’ ledek Mbah Kyai..
Amar pun menahan tawa...
‘sudah, sana kembali ke asrama,,! Siap-siap, karena besok
kamu akan pulang,,!’ pinta Mbah Kyai menyuruh Amar kembali ke asrama...
Amar pun pamit, tapi sebelum itu,,,
‘tapi jangan lupa, besok kalau kembali kemari, bawakan
oleh-oleh yang banyak,,,!’ pinta Mbah Kyai lagi,,,
Amar hanya bisa menahan diri agar tidak tertawa di depan
mbah kyai idris yang tengah memberikan gurauan malam...
@@@
Hari berikutnya...
Amar telah tiba di kampung kedung wuluh, kampungnya
sendiri,,,
Sebuah rumah yang tertutup oleh triplek dengan atap
genteng yang sudah berwarna hitam, bersamaan dengan ukuran rumahnya yang tidak
terlalu besar,,
Amar memasuki rumah tersebut...
‘assalamu’alaikum,,,!’
Seorang ibu datang ke arahnya,,,
‘wa’alaikumsalam,,,’ jawab ibu tersebut sambil memakai
jilbab slopnya,,,
Ketika sang ibu memandang ke arah pintu, ia pun langsung
menjerit...
‘amaaaaaaaaar...!!’
Sang ibu pun berlarian ke arah Amarnya berdiri, lalu
meraih tubuh Amar, lalu memeluknya dengan erat, sepasang ibu dan anak tersebut
pun saling berpelukan melepas rindu selama beberapa tahun yang lalu, air mata
sang ibu pun menumpah dibahu Amar, tempat beliau bersandar...
Dan tak lama kemudian, pelukan tersebut pun terlepaskan..
@@@
Adzan dluhur berkumandang dengan suara lantunan yang
begitu merdu...
‘bu,,, Amar mau pergi ke masjid,,,!!’ pamit Amar sambil
mencium tangan sang ibu...
‘hati-hati, nak,,!’ ucap ibu sambil mengelus punggung
Amar penuh kasih sayang...
Amar tersenyum, ia sangat bersyukur bisa memiliki ibu
yang begitu menyayanginya dengan tulus...
‘Assalamu’alaikum’
@@@
Setelah menunaikan shalat dluhur, Amar nderes Al-Qur’an
terlebih dahulu, lalu Amar pun kembali kerumahnya, untuk makan siang...
@@@
Seorang gadis berambut pirang, dengan mengenakan pakaian
yang begitu press 3 per 4,, ia tengah berjalan menelusuri jalan setapak,,,
Dia Aisyah, seorang gadis yang memang bergaya seperti
itu, karena memang dari luarnya dari pihak keluarganya selalu bersikap masa
bodoh terhadap pergaulan anaknya yang bebas itu...
Ketika ia berjalan menelusuri jalan setapak, tanpa
disadari ia ditabrak seorang pria berpeci hitam, dengan pakaian panjang
berwarna putih, serta sarung berwarna merah kecoklat-coklatan...
‘aduuuh,,,’ pekiknya...
Pria tersebut pun menoleh ke arah gadis yang baru saja ia
tabrak tadi,,,
‘ma-maaf, mbak,,! Saya buru-buru,,,!’ pria itu pun
berlalu...
‘ish,,,’ keluhnya...
@@@
Dipagi-pagi buta, setelah menunaikan shalat shubuh, Amar
pun meminta izin kepada sang ibu, karena dirinya ingin jalan-jalan sebentar,
untuk mencari udara segar di kampung sebelah,,,
‘ibu,,,’ sapa Amar
Sang ibu yang sedang melipat mukena yang baru saja ia
kenakan untuk shalat tadi, pun menoleh ke sumber suara...
‘iya, nak,,!’
Sang ibu pun datang menghampiri...
‘Amar ingin pamit,,!’ ucap Amar...
‘lho,,? Mau kemana pagi-pagi seperti ini,,? Bukankah kamu
kembali ke pondok 2 minggu lagi,,??’
tanya sang ibu bingung,,,
Amar tersenyum,,,
‘Amar ingin jalan-jalan sebentar,,,! Ke desa sebelah,,!’
Sang ibu juga tersenyum menahan malu,,
‘ya sudah, tapi hati-hati, ya,,,!!!’
@@@
Ketika sang mentari mulai tinggi, teriknya mulai
mengikuti langkah-langkah kecil Amar, Amar tampak enjoy dengan penampilannya
yang layaknya seorang santri, ketika dalam perjalanan, ia pun melirik ke arah
jam tangan perberian dari asih, mantan kekasihnya yang kini telah menjadi
almarhum di desanya,,
Jam menunjukkan pukul 08.23...
‘sudah waktunya shalat dhuha,,,!’ pikirnya...
‘kok sedari tadi aku melangkah, aku tidak melihat satupun
masjid atau musholla disini,,?’ pikirnya dengan bingung...
Tanpa disengaja ia pun berpapasan dengan seorang
bapak-bapak yang sedang duduk di serambi rumah, Amar pun menghampirinya lalu
bertanya...
‘Assalamu’alaikum,,!’
Bapak-bapak tersebut pun menjawab salam Amar dengan
lantang,,,
‘punten, pak,,! Kulo badhe tanglet,,!’ izin Amar
dengan bahasa khas kampungnya...
‘ya, arep takon apa, cah bagus,,??’ tawar
bapak-bapak tadi...
‘teng mriki wonten musholla nopo mboten, nggeh,,?’
tanya amar dengan sopan...
‘musholla ora ana peren, mas,,!’
Amar terkejut mendengar jawaban itu...
‘Astaghfirullah,,,!’ batinnya sambil menggeleng-gelengkan
kepalanya...
‘masse arep shalat, yah,,??’ tanya bapak
tersebut..
‘nggeh, pak,,!’
‘neng mejid mbok isa,,?’ tanya bapak itu lagi...
‘nggeh saged, pak,,! Saged sanget,,,’ jawabnya
dengan semringah...
‘kowe mlaku lurus bae nganaaaaaaaaah,,, enko ana
bangunan gede, tulisane ya ana, enko waca dewek,,! Cette warnane putih,,!
Dan.....’
Sang bapak menjelaskan dengan jelas di tambah lagi
tangannya yang ikut mengarah-ngarah, setelah itu...
‘oo.. nggeh,,! Matur suwun, pak’
@@@
Setelah selesai shalat, Amar pun kembali melangkahkan
kakinya, sampai wakltu dluhur pun tiba, ia mampir di Sebuah Masjid di desa tanjung,Amar
terhenyak mendapati Masjid tersebut yang begitu sepi para jama’ahnya, baik di shaf
bagian putri maupun bagian putra, jangankan 5 orang pershaf,, 3 orang saja
tidak mencapai,, hanya ada 2 ma’mum dan 1 imam,,,
Seusai shalat,, Amar pun duduk di depan Masjid
tersebut sambil merenung…
‘inikah yang namanya Masjid, sang rumah pemilik
Dunia,,?’ batinku bingung…
Memang sangat jarang bagi Amar, menemukan sebuah Masjid
yang
sesepi ini, ini baru pertama kali ini Amar menemukan Musholla yang suasananya layaknya
kuburan tua,,,
Bahkan, ketika ada Adzan dan Iqomah berkumandang, Masyarakat
di desa ini tampak biasa-biasa saja, cuek dengan seruan dan lantunan indah
itu,,
Sejenak Amar teringat
dengan perkataan Pak Ustadz Wanto di Musholla di desanya, 7 tahun
silam, waktu itu dia masih kelas 3 SD, ia mengaji ba’da
Maghrib di Musholla dan yang mengajarinya adalah beliau, beliau
berkata…
‘………dan salahsatu tanda-tanda hari kiamat akan tiba adalah,
Musholla-Musholla dan Masjid-Masjid semua sepi,,, tidak ada Adzan dan tidak ada
lagi orang yang mau membaca Al-Qur’an………’
Lalu Amar pun merenungkan kata-kata itu, ia deteksi dengan
kejadian pada hari ini…
‘mungkinkah ini yang dimaksud dengan tanda-tanda hari kiamat
oleh Ustadz Wanto,,?? Mungkinkah dunia ini akan runtuh dan langit akan
murka,,?’ pikirnya cemas…
Pikirannya semakin tidak terkontrol karena terus-terusan
memikirkan hal tersebut, tentang kejadian ini dan tanda-tanda hari kiamat, rasa
takut, cemas, khawatir, dan gelisah berkecambuk jadi satu di dalam Qolbunya, tapi rasa
campur aduk itu tiba-tiba hilang dan lenyap seketika seorang gadis cantik
menghampirinya dan...
‘kamu cowok yang kemarin nabrak aku, kan,,?’
Amar tergugah dari renungannya, pandangannya beralih
kepada gadis cantik berambut pirang itu, yeah... aisyah, gadis itu adalah
Aisyah, gadis yang tempo hari ia tabrak lalu diabaikannya, Amar pun ingat lalu
ia pun bangkit dan berdiri mendekat ke gadis berambut pirang itu...
‘ooo... kamu yang kemarin saya tabrak, ya,,,??’ tanya si
Amar sambil tersenyum...
Tanpa menunggu jawaban dari Aisyah...
‘maaf,..!! saya kemarin buru-buru jadinya tidak melihat
kalau ada mbak dijalan kemarin..!!’ ucap maaf dari si Amar...
Ditengah-tengah si Amar sedang menjelaskan, justru Aisyah
tidak begitu merespons, tapi ia hanya memandangi tajam Amar itu
Perhatian Aisyah itu membuat Amar grogi dan kurang PD,
sehingga...
‘kamu kenapa ngeliatin saya seperti..??’ tegur Amar yang
merasa risih karena selalu dipandangi, layaknya seorang pencuri yang sedang
melakukan penelitian..
Aisyah yang merasa dirinya ditegur oleh lelaki yang belum
dikenalinya itu pun langsung bangkit dari pikirannya...
Aisyah merasa tersentak, sehingga..
‘maaf...!’ celetuknya dsambil menundukkan kepalanya
menahan malu..
Amar hanya bisa mengiyyakan, kemudian...
‘o..ya..!! perkenalkan, namaku, Aisyah Nur-Rahma, panggil
saja Aisyah,,!! Anak kepala desa didesa ini,,!!!’ ucap Aisyah sambil
menyodorkan tangannya, mengajak bersalaman...
Dengan PD-nya, Aisyah yang mengaku sebagai anak kepala
desa itu dengan gaya yang berlebihannya itu membuat Amar tambah risih, tapi
Amar segera membuang jauh-jauh kerisihannya itu, karena takut menyinggung
perasaan gadis pirang itu..
‘AmarAl-Mustofa..!! biasa dipanggil Amar..!!’
Amar tidak membalas sodoran tangan Aisyah, justru ia
hanya menyatukan telapak tangannya, didepan dada, karena tidak baik dan tidak
layak bagi seorang muslim, bersentuhan kulit dengan lawan jenisnya yang belum
mukhramnya, meskipun itu hanya bersentuhan sekecil semut, itu tetap saja, tidak
diperbolehkan, bukannya jadi pahala, eeeh, bisa-bisa jadi tambah dosa, ya,,
kan,,,!!!...
Aisyah pun terkejut, dengan malu, ia tarik kembali
tangannya, lalu memalingkan muka...
‘Oh My God,,!! Malu banget aku,,!!’ gumamnya..
Lalu,,,
‘kebetulan banget,,!! Saya bertemu dengan anaknya kepala
desa sini,,!!’ batin Amar sambil tersenyum...
Aisyah yang merasa diperhatikan itu menjadi keGR-an,,
‘Mar, jangan mandang-mandang aku seperti itu, sie,,!!
Jadi malu tau..!!!’ ucap Aisyah genit sambil menyenggol lengan Amar..
Tentu saja itu membuat Amar terkejut...
‘Astaghfirullahal’azim...!!!’ pekiknya lirih,,
‘ni cewek atau dedemit, sie,,?? Genit banget,,!!!’ batin
Amar
Amar menggeser pelan kakinya, menjauh sedikit dengan
gadis yang baru saja menyentuh lengannya..
‘namanya memang bagus,,!! Tapi kok, orangnya,,???’
Amar masih tenggelam dalam renungannya, Ia memandang lagi
ke Arah Aisyah, lalu Aisyah mengedip-kedipkan matanya,,,
Amar memalingkan muka...
‘ish,, amit-amit..!!!’ batinnya...
Imannya masih teguh...
Tak lama kemudian, Amar membuang nafas dengan kerasnya...
‘huuuuuuuft,,,’
Ia mencoba untuk menenangkan dirinya, agar tidak
bertingkah berlebihan yang bisa membuat sakit Aisyah...
‘mmmmh,, tadi kamu bilang,, kamu itu anaknya kepala desa,
bukan,,??’ tanya Amar yang mencoba tetap bersikap biasa..
Aisyah mengangguk sambil cekikikan,,,
Amar tampak menggeleng-gelengkan kepalanya...
‘mmmh, bisa bantu saya,,???’ tanya amar...
‘oooo...’
Melihat respons Aisyah yang mencoba akan menyentuhnya
lagi, Amar pun dengan cekatan menghindar, Amar pura-pura mengambil sebuah batu
yang letaknya sedikit jauh darinya, kemudian...
‘bagaimana,,??’ tagih Amar...
Aisyah yang tampak menutupi rasa malunya pun langsun
menjawab...
‘bisa kok,,!!!!’ jawabnya..
Amar pun meminta bantuan untuk dipertemukan dengan sang
Ayahnya Aisyah itu yang menjabat sebagai kepala desa di desa tanjung...
Tanpa berfikir panjang, Aisyah pun menyetujuinya,
sehingga berangkatlah mereka ke rumah Aisyah...
@@@
Sesampainya,,,
Mereka berhenti di depan rumah yang memiliki cat merah
muda, rumahnya lumayan luas dan besar, hanya saja halamannya terlalu sempit,
sehingga kurang enak dipandang,,,
‘ayo...!!’
Aisyah pun membuka pintu, diikuti sang Amar
dibelakangnya...
‘Papiiiii.....!!!’ panggil sang aisyah...
Dan kemudian ia pun menoleh ke arah Amar, sambil
tersenyum, kedua tangannya sibuk memainkan ujung rambutnya yang sudah
panjang...
Aisyah pun mempersilahkan duduk kepada Amar, dengan
senyumannya yang sok manis itu...
‘silakan duduk, Amar..!!’
Amar yang sedari tadi mengamati keadaan rumah tersebut
pun terkejut, tapi Amar pun segera mengiyakan saja, kemudian ia pun duduk di
sofa yang empuk itu...
Tak perlu menunggu lama, seorang lelaki yang masih
terbilang sedikit muda datang menghampiri keduanya...
Amar pun langsung berdiri lagi, bangkit dari duduknya,
‘dia papi
akkue...!!’ jelas Aisyah...
Dengan manjanya ia menggelayuti lengan sang ayah
tersayang...
‘panggil saya, pak Ahmad, kepala desa di desa....!!!’
kenal lelaki tersebut..
‘Amar,,,!!’
Masing-masing pun saling berjabat tangan,, kemudian pak
ahmad pun mempersilahkannya duduk kembali..
Aisyah pun ikut duduk, sang ayah memandanginya..
‘kamu kenapa ikut duduk,,??’ tanya Pak Ahmad kepada
anaknya...
Aisyah pun menyikut lengan sang ayah karena malu, ia tak
berani memandang wajah Amar..
‘buatkan minum, itu lebih baik, kan??’ ledek sang ayah,,
‘iiiiiih, papi,,!!’
Dengan kesal pun akhirnya Aisyah pun berlalu pergi untuk
membuatkan teh..
Pak Ahmad memandang ke arah Amar yang tampak tersenyum
padanya..
‘biasa, mas,,!! Anak bungsu saya,,!! Memang sikapnya
masih seperti anak kecil..!!’
Mendengar penjelasan itu, Amar hanya bisa tersenyum
kecil..
Lalu, Amar pun langsung saja mengutarakan niatnya..
‘seperti ini, pak.!! Saya Amar dari desa seberang, desa
kedung wuluh,,!! Anaknya pak Rosyad..! sa..’
Belum selesai ngomong, Pak Ahmad langsung memotong
pembicaraan..
‘Pak Rosyad,,?? Suaminya bu Lena,,??’ tanya Pak Ahmad..
‘ya..!! kenapa bapak bisa tau..!!’
Pak Ahmad tertawa lepas...
‘Rosyad itu teman SD saya, dulu...!!! sa...’
Pak Ahmad pun bercerita tentang pengalamannya waktu
bersama ayahnya Amar..
Sampai akhirnya,
Gelak tawa persaudaraan pun mulai terjalin diantara Amar
dan Pak Ahmad...
@@@
Aisyah yang masih berada di dapur tampak sibuk sekali
mengaduk-aduk teh, tapi tak disangka mulutnya masih menggeming,,,
‘uuuh, papi..!!! padahal kan Amar datang kemari ingin
ngobrol bareng Aisyah,,!! Ee.. palah Aisyah diusir.. mentah-mentah..!!
sebel...!!’ gumamnya sambil memasang muka cemberut..
@@@
Amar pun izin untuk mengutarakan maksud...
‘seperti ini, pak..!! tadi saya sempat berhenti di Masjid
Baittul Mustaqqim, dan saya amat-amati, Masjid tersebut tampak sepi sekali para
jama’ahnya,,!! Dan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . .!!!! itu mengapa bisa seperti itu,,??’ tanya Amar dengan berani..
Pak Ahmad mengamati Amar, lantas...
‘huuuuuuuuuft,,, masalah ini lagi,,!!’ batin pak Ahmad,
‘Masjid Baitul Mustaqqim, ya..!! memang masjid tersebut
sepi,,!! Dulunya tidak,,!! Pertama kali dibangunnya masjid ini . . . . . . . .
. . . . .. . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . .. . . . . . . . tapi sekarang, semenjak Ustadz Manaf
kembali ke daerah asalnya, akhirnya tak ada lagi orang yang mau berjama’ah
disana,,!!’ jelas Pak Ahmad...
Sambil mencermati penjelasan, ia pun muncul sebuah
gagasan, tiba-tiba saja ia teringat dengan Ustadz Qori, sehingga...
‘saya bingung, sudah berulang kali saya mencari cara
untuk meramaikan masjid tersebut,,!! Tapi sayangnya, hasilnya semua NIHIL,,!!!’
sambung Pak Ahmad dengan raut muka sedihnya..
‘mungkin saya bisa bantu, pak,,!!’ ucap Amar menawarkan
diri...
Pak Ahmad memandang ke arah Amar dengan penuh keraguan...
‘’apa kamu bisa, Mar,,??’ tanya Pak Ahmad...
Amar pun tersenyum...
‘Insya Allah, saya akan berusaha,,!!’ jawab Amar dengan
mantap..
‘lantas, kapan,,??’ tanya Pak Ahmad yang sudah tidak
sabar.
‘akan saya bicarakan terlebih dahulu dengan Mbah
Kyai,,!!’
Tentu saja ucapan Mbah Kyai itu membuat Pak Ahmad kaget..
‘Mbah Kyai,,?? Kamu nyantri, to, Mar,,??’ tanya Pak Ahmad
lagi...
Lagi-lagi Amar tersenyum..
‘Alhamdulillah, iya,,!!’
Tanpa disadari sebelumnya, ternyata Aisyah mengetahui hal
itu...
Sehingga,,
Prangggggg.... prakkkkkk.... klentiiiiiing...
Gelas-gelas yang tadinya dibawanya dengan beralaskan
Lemper, itu jatuh berserakan di atas lantai...
Amar dan Pak Ahmad pun terkejut, lalu menoleh...
‘ja-jadi a-amar itu san-santri,,,???’ tanya Aisyah tidak
percaya...
Amar tampak tersenyum...
Tapi untuk sekali ini, dan pertama kali ini, Aisyah
tampak berubah dratis, ia seakan-akan berubah menjadi histeris ketika mendengar
bahwa Amar itu adalah seorang santri,,,
Dengan keadaan yang terbakar emosi, Aisyah mengusir Amar
tanpa sebab kesalahan yang jelas...
‘pergi kamu, pergi dari rumahku,,,
pergiiiiiiiiiiiiiiii.......!!!’ teriak Aisyah sambil mendorong keras tubuh
Amar...
Amar yang tak tau apa-apa pun terpaksa harus angkat kaki,
tapi sebelum ia seutuhnya pergi Amar sempat menoleh ke arah Aisyah yang tampak
beruraian air mata, wajahnya merah padam karena terbakar emosi yang sungguh
menggila, Pak Ahmad hanya bisa mencegah putrinya agar tidak mencelakakan
Amar...
‘sudah, Aisyah,,! Sudah...!! tenang..!!!’ pinta Pak Ahmad
yang mulai kewalahan menahan sang anak...
‘usir santri kejam itu, papi,,!!! Aisyah
benciiiiiiiiiiii,,,!!!’ teriak Aisyah lagi...
‘dia sudah pergi,,,!!! Tengokkk..!!!’
Dengan nafas yang tampak tak beraturan sekali, dadanya
tampak naik turun naik turun karena emosinya yang tinggi tadi...
Aisyah pun menoleh ke arah kepergian Amar...
Lalu, tanpa isyarat suatu apa, Aisyah langsung lari pergi
masuk kamar...
@@@
‘astaghfirullaaaaaah,,,,!!!’ seru Pak Ahmad yang baru
saja memandang kepergian sang putrinya...
Pak Ahmad tampak lemas dan tak berdaya, ia pun akhirnya
duduk di sofa lagi sambil memegangi kepalanya yang tampak pusing melihat
kelakuan putrinya tadi...
‘mau sampai kapan anakku despresi seperti ini,,,???’
pikirnya...
@@@
Amar pun akhirnya memutuskan untuk pulang,
diperjalanannya ia selalu terhantui oleh bayang-bayang kejadian tadi di rumah
Pak Ahmad...
‘ada apa sebenarnya,,,??’ batinnya..
@@@
Didalam kamar,
Aisyah memandangi sebuah bingkisan, bingkisan tersebut
telah terbuka, isinya adalah pakaian muslim, berlahan air matanya menetes
lagi...
Dan lagi-lagi...
‘Santri jahatttttttttttttttttttttt.......!!!!!!!!! aisyah
benciiiiiiiiiiii,,,!!!’ teriaknya didalam kamar begitu histeris...
Aisyah mencabik-cabik bingkisan itu disertai tangisannya
yang sangat membisingkan suasana, seakan-akan dirinya sulit untuk mengontrol
gerak-geriknya...
@@@
Pak Ahmad yang baru saja menenangkan pikirannya,
tiba-tiba mendengar suara tangisan itu...
‘Aisyah...!’
Pak Ahmad dengan segera pergi menuju ke kamar anaknya..
@@@
Ketika Amar memasuki halaman sekolahnya yang sempit itu,
tampak sang ibu tercinta sedang menapih beras...
Sang Ibu yang melihat anaknya yang mulai mendekat pun
menyapa penuh kasih sayang...
‘baru pulang, nak..!!’
Amar tersenyum datar, dengan wajahnya yang ditekuk karena
lelah...
‘iya, bu,,!!’ jawab Amar sambil mencium tangan sang ibu
dengan penuh kebaktian...
Sang ibu yang mendapati sang anak pulang dari perjalanan
yang disukai anaknya itu, dengan muka yang cukup menunjukkan bahwa ia
kelelahan, sang ibu pun iba, disitulah kasih sayang seorang ibu yang satu ini
terhanyut..
‘kamu tampak lelah sekali, Amar..’ tegur sang ibu..
Amar hanya bisa diam, dan kemudian ia duduk disamping
sang ibu...
‘mau ibu buatkan teh,,??’ tawar sang ibu iba,,
Amar memandang kembali wajah sang ibunya yang belum
terlalu tua dimatanya...
Lalu, ia memberikan seulasan senyum untuk ibu tercinta...
‘tidak usah, bu..!!’ tolak Amar,
Amar hanya enggan merepotkan ibunya yang juga tampak
kelelahan karena menanggung beban keluarga,,,
Ayah...!! ayahnya masih merantau di kota baru saja 5
bulan, kadang Amar juga kesal kepada ayah, yang tega meninggalkan ibunya di
rumah sendiri,,
Tapi bagaimanapun juga Ayahnya pergi merantau ke kota itu
juga untuk membiayai mondoknya, jadi Amar dan ibunya hanya bisa berlatih untuk
selalu tabah...
Sang ibu yang mendengar tolakan itu pun akhirnya
mengalah, sebenarnya ia tau bahwa anaknya itu sangat kelelahan tapi hanya saja
anaknya itu tidak mau menambah beban sang ibunya, sehingga,,,
‘ya sudah,, kamu istirahat saja,!! Kamu pasti lelah,,!!!’
ucap sang ibu...
Untuk kali ini, Amar tidak bisa mengelak, tubuhnya memang
benar-benar lelah, karena perjalanan pagi sampai sore ini, ditambah lagi
kejadian-kejadian yang sangat membuatnya bingung dan pusing bukan kepalang...
Amar pun mengangguk, lalu pamit untuk tidur...
@@@
Pak Ahmad menghampiri Aisyah yang sedang jongkok di pojok
lemari kaca, menangis karena penglihatannya terfokus pada satu objek, yaitu
bingkisan...
Pak Ahmad pun mengalihkan pandangannya ke arah objek yang
sedang dipandang sang anak,,,
Pak Ahmad tersentak kaget...
‘benda itu, lagi,,,!!!’
Dengan segera Pak Ahmad memingit bingkisan itu dengan
geramnya, setelah di dapatkannya bingkisan itu, Pak Ahmad pun melangkah ke arah
Aisyah...
‘dari mana kamu ambil benda ini,,,!’ sentak sang ayah,,
Berulang kali Pak Ahmad menanyakan hal itu, tapi
sayangnya Aisyah tetap saja terbungkam erat...
Aisyah hanya menggeleng-gelengkan kepalanya yang
tertutupi oleh kedua tangannya..
Pak Ahmad pun melangkah mendekat lalu ikut jongkok
dihadapan Aisyah,,,
Pandangannya tampak geram kepada sang anak yang
terus-terusan menangis itu, tapi...
Pak Ahmad memeluk erat tubuh Aisyah...
Air matanya mulai mengalir,,,
‘mau sampai kapan anakku seperti ini, Yaa Allah,,!!’
batin pak Ahmad...
Tak lama kemudian, pak ahmad melepas pelukannya lalu...
‘kamu tidur saja dulu,,!! Tenangkan pikiranmu,,!!’ pinta
sang ayah...
Aisyah pun menurut saja...
Ia pun memapankan dirinya untuk tidur, sedangkan Pak
Ahmad pun melangkah mengambil bingkisan tersebut lalu pergi meninggalkan
anaknya yang mulai tertidur...
@@@
Tapi sayang,,
Mata Aisyah sulit untuk diajak kompromi, Aisyah masih
membayangkan sesuatu...
‘Kang Ibnu...!!’ gumamnya...
Berlahan otaknya mereplay kejadian 2 tahun yang lalu,,,
Pada saat itu, Aisyah memang memiliki hubungan dengan
sosok lelaki yang bernama Ibnu, ia santri didesa belimbing,,,
Pada saat siang hari, Aisyah dan Kang Ibnu bertemu...
‘Kang, kok Kang Ibnu jarang banget sih, ketemu sama
Aisyah,,?? Memangnya Kang Ibnu gak kangen ya, sama Aisyah,,??’ tanya Aisyah
dengan manja...
Kang Ibnu tersenyum...
‘kamu kan tau sendiri, Kang Ibnu itu santri,,!!’ ucap
Kang Ibnu sambil mengusap-usap rambut Aisyah yang panjang...
Aisyah hanya bisa menghela nafas...
Sebuah kasih sayang dan kemesraan pun mengalir di antara
sepasang kekasih yang sedng termabuk cinta,,
Sang Syaitan-Syaitan un ikut merayakan kemesraan pasangan
kekasih itu yang jelas bukan mukhrimnya, dan belum tentu itu jodohnya,,
Ketika sedang mesra-mesraan tiba-tiba datanglah sosok lelaki
berambut landak...
Dia adalah Ikhsan, Aisyah kenal betul siapa Itu Ikhsan,
ia adalah kekasih kakaknya yang telah ditinggalkan untuk selama-lamanya...
Tiba-tiba saja Ikhsan menegur mereka,,,
‘kamu, orang yang waktu itu mengejar-ngejar Soffi,
kan,,?’ tanya Ikhsan sambil menunjuk ke arah Kang Ibnu...
Tiba-tiba saja Kang Ibnu tampak gelagapan dan mukanya
merah padam...
Mulutnya terbungkam...
Aisyah yang merasa kekasihnya dipersalahkan begitu saja
pun merasa kurang terima atas tuduhan itu...
Aisyah pun berdiri lalu maju...
‘Bang Ikhsan jangan asal nuduh, dong,,!! Kang Ibnu itu
orang baik-baik,,!’ bela Aisyah...
Ikhsan tersenyum sinis sambil memandangi wajah Ibnu yang
tampak menunduk..
‘tidak, Aisyah,,!! Aku tidak mungkin salah, aku masih
ingat wajah lelaki yang dulu mengejar-ngejar kakakmu, hingga sampai jalan raya,
dan akhirnya karena berbekal rasa takut, kakakmu menyeberang jalan tersebut dg
cara menyeleweng saja tidak tengak-tengok hingga pada akhirnya kakakmu tewas
karena tertabrak truk,,,!!’ jelas Ikhsan yang mencoba untuk meyakinkan
Aisyah...
Aisyah menoleh ke arah Ibnu, mukanya tampak memerah...
Lagi-lagi Aisyah tidak percaya tentang perihal itu,
sehingga ia pun mengelaknya lagi...
‘mana mungkin, bang Ikhsan,,!! Kang Ibnu itu santri di
pondok as-syafa,,!! Dia tid,,,’ terpotong...
‘Syah,, dia itu penipu,,,!!! Dia memang nyantri disana,
tapi dia baru saja masuk pondok 3 bulan yang lalu, karena dia dengar kabar dari
yosseph, kalau Soofi punya adik cantik yaitu kamu, maka dari itu dia....’
Ditengah-tengah Ikhsan menjelaskan, Ibnu mencoba untuk
melarikan diri, tapi dengan segera Ikhsan menahannya...
Bersamaan dengan itu, tiba-tiba atika temannya si Ikhsan
datang diikuti 2c orang lelaki berseragam kepolisian,,,
Tak lama kemudian,,
‘itu, pak yang dulu membuat teman saya celaka, tangkap
saja, pak,,!!’ pinta Atika sambil menunjuk ke arah Kang Ibnu...
Meskipun sering kali Ibnu mencoba untuk melarikan diri
tetap saja, pihak kepolisian itu berhasil menangkapnya...
Aisyah hanya bisa melongo memandang kekasihnya digiring
polisi dua...
Berlahan air matanya menetes, lalu ia tanpa memperdulikan
Ikhsan dan Atika, ia lari sekencang-kencangnya pulang...
Sejak kejadian itulah Aisyah ANTI sekali dekat-dekat
dengan santri-santri pondok, sejak kejadian itu juga Aisyah membatalkan niatnya
untuk mondok di kedung wuluh, karena secara langsung ia menganggap...
‘semua santri itu sama saja,,!!! Nyantri hanya buat
mainan,!! Nyantri hanya buat pamer tampang doang, menjadi santri hanya untuk
plesteran, hanya untuk pamer dan meninggikan diri,,!!! Percuma jadi santri
kalau tidak memiliki pendidikan dan kesopanan dan tidak sadar akan hukum, pecundangggg...’ pikir Aisyah...
@@@
Malam harinya,
Ketika Amar baru saja selesai nderes Al-Qur’an, tiba-tiba
ia dikaget oleh sebuah ketukan pintu utama...
Tokk... Tokk.. Tokk..
‘Assalamu’alaikum....!!!’
Dengan segera Amar mendekat ke arah pintu, lalu..
‘Wa’alaikumsalam,,’ jawab Amar seraya membuka pintu...
Sosok lelaki itu, tadi siang itu...
Dia adalah Pak Ahmad...
‘Pak-Pak Ahmad,,???’
Tanpa berfikir panjang ia pun mempersilahkan masuk untuk
Pak Ahmad...
@@@
Sang ibu datang...
‘pak Ahmad..!! Apa kabar,,??’ tanya ibu sambil
menelungkupkan tangannya di depan dada..
‘baik, ibu sendiri, bagaimana,,?? Dimana Rosyad,,??’
jawab Pak Ahmad sambil bertanya..
‘baik juga,, Suami saya....................’
Dengan cerita panjang lebar, ibu menceritakan tentang Pak
Rosyad, ayah Amar...
Sedangkan Amar sedang sibuk didapur, membuatkan kopi...
Hingga...
Tak lama kemudian, Amar pun datang sambil mempersilahkan
Pak Ahmad untuk meminum kopi buatannya,,,
‘Ibu tinggal sebentar, ya,,!!’ pamit Ibu yang kemudian
pergi...
Setelah Ibu pergi masuk ke dalam rumah, Pak Ahmad pun
mengutarakan niat...
‘seperti ini, nak Amar,,!! Sebelumnya saya minta maaf
atas perlakuan Aisyah terhadapmu tadi siang,,’ ungkap Pak Ahmad..
Amar pun menanggapinya dengan sebuah senyuman,,,
‘apa saya diperbolehkan tau, mengapa tiba-tiba Aisyah
menjadi histeris seperti itu ketika dia tau, bahwa saya adalah seorang
santri,,?’ tanya Amar..
Pak Ahmad terdiam..
‘apa ada yang salah dengan jabatan sebagai santri,,??’
tanya Amar yang tampak penasaran sekali..
Tidak ada pilihan lain bagi Pak Ahmad, ia pun
menceritakan tentang perihal kejadian 2 tahun yang lalu...
Setelah itu,,,
‘’turut berduka cita, pak ahmad,,!!’ ucap Amar
kemudian...
Pak Ahmad tampak mengusap air mata,, tapi tak lama kemudian,,,
‘’lalu bagaimana dengan rencanamu,,?’ tanya Pak Ahmad
tiba-tiba..
‘dan kapan kamu akan balik ke pondok,,??’ sambung Pak
Ahmad..
‘besok agi, insya Allah,,’ jawab Amar..
Pak Ahmad mengangguk iya,,
Lalu mereka pun berbincang-bincang seputar pondok yang
sedang disinggahi Amar beserta para santrinya..
Hingga...
Ketika jam menunjukkan pukul 21.43, Pak Ahmad pun pamit
untuk pulang...
@@@
Setelah Pak Ahmad pergi, Amar pun menghampiri sang ibu di
dipan tengah..
‘lho, Pak Ahmad sudah pulang,,??’ tanya sang ibu..
‘sudah, bu,,!! Baru saja,,’ jawab Amar sambil menempatkan
diri untuk duduk..
Lalu, tanpa menunggu jawaban dari inu, Amar pun...
‘bu, sepertinya Amar besok harus kembali ke pondok,,!’
Tentu saja itu membuat Sang Ibu kaget, sehingga...
‘lho, kenapa,,? Kenapa buru-buru sekali,,?’
Tanpa ragu, Amar pun menceritakan kejadian yang ia temui
tadi siang di desa tanjung ditambah lagi keinginannya yang ingin meramaikan
masjid di desa tersebut,,,
Mendengar cerita itu, akhirnya sang ibu pun menghela
nafas mengalah..
Lalu..
‘ya sudah, sekarang kamu istirahat yang cukup, besok kamu
boleh kembali ke pondok lagi,,!’ izin sang ibu...
Amar pun merasa senang dengan jawaban itu...
@@@
Pagi-pagi sekitaran pukul 08.23 Amar tiba di pondok
pesantren..
Kedatangannya disambut meriah oleh para santri putra dan
putri, terutama oleh sosok pemuda berpeci hitam, dengan sarung merah
garis-garis yang dipakainya,,
Lalu, ia langsung pergi bersamaan dengan santri putra
yang ditemuinya itu, didalam kamar, Amar pun menceritakan tentang Masjid Baitul
Mustaqqim yang sepi itu, sehingga muncullah keraguan...
‘mozok to, Mar,,??’ jerit pelan Kang Asep...
‘nggeh, kang,,! Kulo nggeh mboten percados,,! Tapi nggeh
ngoten,,,!’ [1]jelas
Amar kepada Kang Asep, salahsatu pengurus dipondok pesantren...
‘kita musti cari cara untuk meramaikan Masjid itu,
Mar,,,!’ ajak Kang Asep...
Amar mengangguk, mengiyakan...
‘tapi kita harus tanya dulu kepada mbah kyai,,,!’ usul
Kang Asep...
‘itu jelas, Kang,,! Sampean mawon yang izin, hehe..!’
‘senengmu thok...!’ sindir Kang Asep sambil tersenyum
miring...
@@@
Malam harinya, Kang Asep dan Amar pun pergi ke ndalem,
menghadap Mbah Kyai Idris...
Mbah Kyai Idris pun bertanya...
‘kapan kamu datang,,??’ tanya Mbah Kyai kepada Amar..
‘wau enjing,,!’
Mbah Kyai mengangguk-angguk sambil mengelus-elus rambut
jenggotnya yang sudah lumayan panjang,,
Amar khawatir, takut Mbah Kyai menagih buah tangan
darinya, karena Amar tidak sempat membeli oleh-oleh untuk penghuni pondok
pesantren, terlebih lagi untuk mbah Kyai Idris, tapi ia segera menepis rasa
khawatirnya itu, ketika Mbah Kyai Idris berkata,,,
‘wiz, ra popo,,! Ra sah mbok pikir,,! Sekarang saya
tanya, mengapa kalian menemui saya malam-malam seperti ini,,? Lagi enak-enak
tidur he,,,!’ canda Mbah Kyai...
‘punten, mbah,, kulo...’ Amar pun menjelaskan,
disamping Amar menjelaskan, Mbah Kyai mengangguk-angguk, memahami apa yang sedang ada dipikiran santri duanya itu...
disamping Amar menjelaskan, Mbah Kyai mengangguk-angguk, memahami apa yang sedang ada dipikiran santri duanya itu...
‘terus,,?’ tagih Mbah Kyai ketika ceritanya selesai...
Kang Asep dan Amar saling berpandangan bingung...
‘hmmm, maksud saya, kalian akan melakukan apa untuk
meramaikan masjid tersebut,,?’
‘saya kurang tau, Mbah Kyai,,!’ terang Kang Asep...
‘Amar,,??’ panggil Mbah Kyai...
‘dalem, mbah kyai...’
‘apa rencanamu,,??’ tanya Mbah Kyai...
Amar pun merenung sejenak...
Tiba-tiba saja ia teringat dengan pesan-pesan dari Pak Kyai Qori beberapa hari yang lalu...
@@@
Malam sebelum Amar kembali ke pondok, ia menemui Pak Kyai
Qori, Pemimpin Pondok Pesantren di desanya...
Setelah bertanya-tanya kabar, dan bertukar pengalaman,
Amar pun mengutarakan tujuannya datang sowan ke rumah Pak Kyai Qori...
‘punten, Pak Kyai,,! Saya datang kemari ingin meminta
solusi kepada pak kyai,,!’ pungkas Amar dengan hormat..
‘ya, silakan,,! Apa yang bisa saya bantu, Mar,,?’
‘seperti ini, Pak Kyai, kemarin saya jalan-jalan keliling
di kampung sebelah, desa tanjung,,, lalu................’ Amar menjelaskan,
lalu...
‘saya ingin tau, bagaimana cara meramaikan Masjid
tersebut,,??’ tanya Amar menambahkan...
Pak Kyai Qori mengangguk-angguk karena merasa mengerti
dan paham tentang niat baik santri muda ini,,,
‘memang benar kata Mbah Kyai Idris, Amar memang anak yang
memiliki pemikiran yang maju,,,! Hampir mencapai menjadi orang,,,!’ batin Pak
Kyai sambil tersenyum memandangi Amar yang tengah duduk menunduk di depannya...
‘kamu tau,,? Masjid ini,,?’ tanya pak Kyai,
Jari telunjuk beliau mengarah ke sebuah bangunan masjid
yang sering di pakai untuk beribadah di desanya...
‘ngertos, pak Kyai,,!’ jawab amar...
‘ramai,,?’ tanya pak Kyai lagi...
‘nggeh,,,!’
‘Masjid ini adalah Masjid yang paling ramai di desa
ini,,!’ ungkap Pak Kyai...
Amar tertegun, merasa bangga kepada para jama’ah-jama’ah
di masjidnya itu...
‘hebat,,,’ batinnya...
‘dulu itu, sebenarnya Masjid ini sepi,,,! Tapi semenjak
pondok pesantren ini di bangun, Masjid itu menjadi ramai seperti sekarang ini,
yang membuat ramai Masjid ini, yaaa, santri-santri pondok ini semua, dan ketika
santri-santri pondok pada pulang kampung, yaa masjid ini tak ubahnya, sama
seperti masjid-masjid yang lain,,! Sepi,,! daaaan, selain ramai karena
santri-santri pondok, dulu saya sering berkeliling kampung sampai ke desa
seberang, mendatangi rumah per rumah, untuk bersilaturahmi,,,! Itu saya lakukan
setiap hari dalam beberapa bulan,, dulu,,! Saya waktu itu sempat tidak datang
berkunjung ke rumah masing-masing warga, sehingga cara bahasanya mereka jadi
merasa kangen sama saya,,,!’ jelas Pak Kyai Qori...
Amar menahan gelak tawa, bukannya menghina, tapi ia baru
tau saja, ternyata ada orang yang terkenal dengan raut muka yang terlihat
menakutkan itu, menceritakan tentang hal yang sering di alami oleh anak muda
zaman sekarang,,, kangen-kangenan,,, ckckck...
@@@
Amar pun keluar dari renungannya tadi, dilihatnya Mbah
Kyai Idris yang masih tetap sabar menunggu jawaban dari Amar...
Sehingga...
‘mungkin, saya akan meramaikan Masjid tersebut dengan
tahap bersilaturahmi terlebih dahulu dengan warga-warga sekitar,, mendekatkan
diri dan memperkenalkan diri,,,,!’ jawab Amar...
Mbah Kyai tersenyum mendengar jawaban yang terlontar dari
mulut Santri satunya itu, sedangkan Kang Asep masih diam saja menunduk,,
‘setelah itu,,?’ tagih Mbah Kyai penasaran...
‘kalau saya diberikan izin, saya akan membuat sebuah
komunitas dari pondok pesantren ini untuk membantu saya di kampung sana,,,!’
Mbah Kyai Mengangguk kecil...
‘apa rencanamu, Mar,,,??’ tanya beliau lagi...
‘akan membuat sebuah acara rutinan setiap 1 minggu 2 kali di masjid tersebut,!’ jawab
Amar...
‘acara apa,,?’ tanya Kang Asep yang tiba-tiba saja
menyambar...
‘pastinya acara-acara yang di isi dengan materi-materi
agama lah, Kang,,!’ jawab Amar sambil tersenyum...
Mbah Kyai tersenyum lagi mendengar debat santrinya, di
sisi lain, beliau merasa bangga kepada Amar yang memang berpikiran maju ke masa
depan baik dari segi agama ataupun yang lainnya..
‘ceramah, maksudnya, sep,,!’ pungkas mbah Kyai membantu
Amar dalam menjelaskan...
‘nggeh, mbah,,!’
Setelah itu, suasana menjadi hening sejenak, hanya
terdengar suara jangkrik yang nyaring di telinga,,
Kemudian,,
‘apa kamu yakin dengan rencanamu itu,,?’ tanya Mbah Kyai
meyakinkan,,,
‘Insya Allah, saya yaqin, mbah kyai,,!’ jawab Amar
Mantap...
Mbah Kyai menganggukkan kepalanya,,
‘lalu, kapan kamu akan melakukannya,,?’ tanya Mbah Kyai
lagi,,,
‘besok, mbah Kyai,,,!’
‘hah,,? Be-besok,,?? Apa tidak terlalu cepat, Mar..??’
bisik kang Asep...
‘bukankah lebih cepat itu lebih baik, Kang,,?’ balas Amar
sambil berbisik...
Mbah Kyai yang mendengar rumpian santrinya itu pun
tersenyum,,,
‘siapa yang akan kamu ajak kesana besok,,??’ tanya Mbah
Kyai...
Kali ini Amar diam, sehingga...
‘saya punya usul, ada baiknya juga, Asep itu di ajak,,!’
usul Mbah Kyai...
‘nggeh, Mbah,,!’
‘Assyifa,,! Dia sangat pandai berceramah,,! Bukankah dia
kemarin yang mengisi ceramah di masjid al-huda,,! Terus Maola, dan Layla,,!’
usul beliau lagi...
‘nggeh, mbah,,! Akan saya bicarakan nanti,,!’ ucap Amar..
‘ya sudah, semoga berhasil,,!’
‘insya Allah,,’
@@@
Akhirnya keesokan harinya...
Amar pun mengajak rekan-rekan yang di usulkan oleh Mbah
Kyai tadi,
Disuatu pertemuan rapat kepengurusan, Amar pun bertanya
setelah mengusulkan usulannya,
Di ruangan itu ada Assyifa, Maola, Layla dan Juga Kang
Asep...
Assyifa dan Layla tampak meragu...
‘kau yakin, Kang Amar,,??’ tanya Assyifa..
Lalu..
‘apa akan berhasil,,??’ sambung Layla...
Amar pun segera menanggapi pertanyaan mereka...
‘kita coba dulu,,!! Kita serahkan saja kepada Allah,,!!
Kita hanya bisa berserah diri kepadaNya, karena hanya Dialah memegang segala
keberhasilan serta kegagalan,,!! Kita berdoa saja semoga kita bisa dan
berhasil, selagi kita mau berusaha,,!! Allah pasti takkan enggan membantu
kita,,!!’ jawab Amar sambil tersenyum...
Santri-santri yang ada disitu pun mulai mencerna apa yang
dikatakan oleh Amar, dan kemudian...
‘Mari kita shalat hajat,,!!’ ajak Amar kemudian,,
Akhirnya semua menyetujui dan mereka pun pergi ke masjid
untuk melaksanakan shalat hajat...
@@@
Dan ke esokan harinya,,
Setelah menunaikan shalat shubuh, dan ba’da mengaji,
mereka, Amar dan rombongan pun sowan ke rumah mbah kyai Idris...
‘Assalamu’alaikum..’ uluk salam mereka...
Kebetulan pada pagi ini Mbah Kyai sedang duduk dikursi
yang terbuat dari anyaman bambu yang sudah lumayan usang, tapi tetap saja kursi
tersebut masih layak pakai, karena karakter kayu tersebut yang kuat dan
kokoh,,,
Mbah Kyai pun menjawab salam mereka, lalu mempersilahkan
mereka masuk..
Belum bicara apa-apa, Mbah Kyai menyambarnya...
‘bagaimana,,,???’
Tentu saja itu menjadi pertanyaan bagi santri-santrinya
yang sedang sowan itu, terkecuali Kang Asep dan Amar yang wajahnya tampak
santai dan berseri...
‘ini, Mbah Kyai,,!! Kami akan berangkat pagi ini untuk
menjalankan Visi dan Misi kami,,!!’ jelas Kang Asep,,
Mbah Kyai tampak mengangguk-angguk...
‘kami pamit, Mbah Kyai,,!! Dan kami juga memohon doanya
dari Mbah Kyai, agar Visi Misi kita bisa berjalan dengan sukses..!!!’ Ungkap
Amar...
‘akan slalu saya doakan,,!!! Semoga berhasil,,!!
Disamping kalian berusaha, kalian jangan lupakan kewajiban kalian atas Agama
islam,,!! Banyak-banyaklah berdzikir, mintalah bantuan kepada Yang Kuasa,,!!’
nasehat Mbah Kyai...
Kelima Santrinya pun mengiyyakan, lalu mereka pun
pamit.....
@@@
2 jam telam mereka lewati, dengan bekal lelah dicampur
semangat, akhirnya mereka pun tiba di desa kedung wuluh, kampungnya Amar,
mereka terlebih dahulu mampir ke rumah Amar untuk melepas kelelahan,
‘Assalamu’alaikum, ibu,,??’
Salam mereka masing-masing...
Ibu Amar dengan meronta-ronta pun menghampiri rombongan
tersebut, ia terkejut ketika...
‘Lho, Amar,,?? Sudah kembali,?? Cepat sekali,,??’ tanya
Sang Ibu kaget ketika mendapati anaknya yang kemarin baru saja pergi ke pondok,
dan kini anaknya telah kembali lagi...
Amar pun menjelaskan maksudnya datang dengan cepat,,,
Sang Ibu hanya bisa mengiyakan...
@@@
Diawal Bulan Desember, mereka pun mulai melaksanakan Visi
Misinya,,
Amar dan kawan-kawan terlah berdiri didepan rumah...
‘sebelum kita berangkat, kita berdoa dulu, meminta
kemudahan kepada Yang Kuasa,,’ pinta Amar memimpin,,
Semua mengangguk,
Setelah mereka berdoa cukup lama, mereka pun mulai pergi
ke rumah Pak Ahmad terlebih dahulu..
@@@
Pak Ahmad tampak sedang menikmati kopi buatan Aisyah yang
sudah mulai mendingin, ditambah cemilan koran yang menemaninya duduk di atas
dipan,,,
Ketika sedang asyik-asyiknya membaca topik “kasus pembuangan bayi, telah terungkap”
tiba-tiba ia dikagetkan oleh larian kencang sang Aisyah, yang mulai menghampiri
dirinya dari halaman...
Aisyah tampak amat sangat waspada...
Pak Ahmad tersontak berdiri, ia pun langsung meletakan
korannya di atas dipannya, lalu bertanya...
‘kamu kenapa, nak,,??’
‘santri itu, Ayah,,!! Da balik lagi kemari,,,!!!’ gertak
Aisyah yang tampak waspada...
‘itu tidak mungkin, Dia baru saja kembali ke pondoknya
kemarin, aisyah’ tegur sang Ayah yang tampak memahami apa maksud anaknya...
‘tidak, Ayah,,, Dia, dia disana,,’
Ketika Aisyah berusaha menjelaskan, tiba-tiba pintu utama
terketuk...
Tokkk.. Tokkk.. Tokkk...
Dan diikuti suara salam...
‘Assalamu’alaikum’
Suara itu membuat Aisyah semakin waspada dan hampir saja
histeris, tapi...
‘TENANG, Aisyah..!!’ bentak Pak Ahmad...
‘tapi, Papi,!! Santri
itu Jah..’
Belum selesai ngomong, Pak Ahmad langsung menarik tangan
Aisyah, pergi untuk membuka
Pintu,
‘buka pintunya,,!!’ pinta Ayah...
Aisyah tampak menelan ludah, rasa takutnya mulai
menghantuinya, sehingga muncullah
khayalan negative,,
‘bagaimana kalau Aisyah buka pintu ini, dia menodong
Aisyah, pi,,??’ tanya Aisyah..
Air matanya mulai menetes, tapi Pak Ahmad serasa tidak
menghiraukannya lagi, jadi mau tidak mau Aisyah harus membuka pintu tersebut...
Dengan pelan ia buka pintu tersebut, dan ternyata....
Aisyah melongo ketika mendapati 2 gadis berjilbab yang
sebayanya, mereka tampak tersenyum padanya...
‘siapa, Ais,,??’ tanya Pak Ahmad yang penasaran,,,
Tapi, Aisyah tetap terdiam sehingga Pak Ahmad pun
melongoknya...
Dan...
‘lho, maaf sebelumnya, kalian itu siapa ya,,??’ tanya Pak
Ahmad yang tampak tak mengenal...
‘mmmmh, bapak Ahmad, kah,,??’ tanya seorang gadis yang
memiliki lesung pipit,
‘ya, saya Pak Ahmad, ada apa,,??’
‘ada surat untukbapak,, dari teman saya,,!!’
Gadis tersebut menyodorkan secarik kertas, lalu...
Tanpa dipinta Pak Ahmad pun langsung membacanya,,
Isi Surat..
Assalamu’alaikum
Maaf, Pak Ahmad, ini saya Amar,,
Dan kedua gadis ini teman saya, dari
pondok, Assyifa dan Layla,,!!
Maaf saya tidak bisa menemui bapak dirumah,
karena saya teringat dengan kejadian terakhir itu...
Apa bapak bisa menemui saya di Masjid
Baitul Mustaqqim, sekarang,,? Ada hal penting yang ingin saya bicarakan
kepada bapak,,! Perihal masjid,,!!
Untuk Aisyah, biar teman saya saja yang
mengurus,,!! Saya tunggu..
Wassalamu’alaikum
|
Pak Ahmad mengalihkan mukanya kepada kedua gadis
tersebut, gadis itu tampak tersenyum penuh kehormatan..
Lalu, Pak Ahmad menoleh kearah putrinya yang tampak
bingung..
‘mmmm, nak,,!! Papi tinggal sebentar, ya...!!! ada urusan
di Masjid,,!! Ini temannya di ajak masuk saja,,!! Kasihan disuruh berdiri
terus, nanti kakinya bengkak, hehe,, papi tinggal dulu, ya,,!!
Assalamu’alaikum’
Sebenarnya Aisyah ingin bertanya, tapi sayangnya ayahnya
sudah lebih dulu berlalu...
Aisyah memandang kedua gadis berjilbab yang ada
dihadapannya..
‘mmmmmh,, mari masuk..!!’
@@@
Disebuah Masjid, Amar dan teman-teman baru saja
melaksanakan shalat dhuha,dan ketika mereka keluar dari Masjid, mereka telah
disapa oleh Pak Ahmad..
Sehingga...
Mereka satu persatu pun menyalaminya,,,
‘maaf, membuat lama menunggu,,!!!’
‘tidak, saya baru saja datang kok, bagaimana dengan
rencana kalian,,??’ tanya Pak Ahmad langsung...
Sepertinya ia sangat sudah tidak sabar menginginkan
Masjidnya ramai, sehingga sampai lupa kalau disitu ada sosok asing darinya...
‘kita akan melaksanakannya sekarang, pak,,!! Tapi sebelum
itu, saya ingin meminta izin, untuk itu,,!!’
‘tidak usah izin juga sudah diberi izin,,’ canggug Pak
Ahmad..
Maola dan Kang Asep hanya bisa menahan tawanya..
‘kita membutuhkan bantuan dari bapak,,!! Untuk menemani
kita bersilaturahmi di rumah-rumah penduduk sekitaran sini,,’ pinta Kang Asep
yang sedari tadi diam...
‘oo.. tentu, mari..’
Pak Ahmad angsung melangkah maju,,
Tentu saja itu membuat Maola dan Kang Asep saling
berpandangan bingung, berbeda dengan Amar yang sudah terbiasa menyikapi sikap
orang yang seperti ini..
‘padahal belum menjelaskan, tapi kok,,,’
Belum selesai ngomong, Amar langsung menyela lalu
mengajak mereka untuk mengikutinya...
@@@
Aisyah masih saja saling diam membisu..
Tapi kemudian...
‘kalian itu siapa si,,??’ tanyanya...
Gadis berlesung pipit itu pun menjawabnya...
‘saya itu Assyifa,,!! Dan ini teman saya Layla...’
jelasnya..
Aisyah tampak mencermatinya, dari gaya penampilan
mereka...
‘kalian itu santri, ya,,??’ tegurnya tiba-tiba...
Tentu saja itu membuat Layla dan Assyfa terkejut , takut
akan terjadi hal yang tidak diinginkan,,,
@@@
Untuk seharian penuh ini, Pak Ahmad mengajak berkeliling,
mengenal dan menghimbau,,,
@@@
‘kita memang santri,,,!!’ jelas layla...
Mendengar pengakuan itu, Aisyah tampak kesal dan marah,
tapi...
‘saya mohon, kamu jangan marah dulu, Aisyah,,!! Kita itu
santri baik-baik,,,!! Saya tau, kamu pasti memiliki kisah pahit dibalik
ketakutan dan kehisterisanmu terhadap para santri, ya kan,,??’ tanya Layla...
Amarah Aisyah tmpak mereda, Aisyah menaikkan alis sebelah
kirinya,,,
Layla memandang Assyifa sambil tersenyum...
‘didunia ini Allah sudah menakdirkan seseorang untuk
memiliki kepribadian dan sikap, watak, dan karakter yang berbeda-beda,,! Kita
sebagai UmatNya tidak boleh menyepelekan itu, didunia ini, sifat manusia tidak
ada yang sama, Aisyah, ketahuilah, Allah itu Maha Cendikiawan,,dan Dia Maha
Adil,,!! Coba bayangkan, kalau memang feeling kamu itu benar tentang semua
santri itu bersifatan tidak baik, buat apa para kyai mendirikan pondok
pesantren, lalu bukankah para kyai-kyai seperti KH. Hasyim itu dulunya
santri,,?? KH. Wahid,, KH. Idris,,?? Bukankah dulunya mereka adalah santri,,??
Lantas kalau memang semua santri yang ada di pondok pesantren itu memiliki
sifat buruk, kenapa pondok pesantren Tebu Ireng, pondok pesantren gontor,,,
Pondok Pesantren Lirboyo, dan pondok-pondok besar lainnya itu bisa setenar dan
sebanyak itu santrinya,,?? apa dari kesekian ribuan santri itu berkelakuan
buruk,,?? Tidak kan,,??’ jelas Assyifa dengan layaknya seorang da’iyah...
Aisyah hanya bisa diam,,,
Tapi,,
‘tapi, kenapa Kang Ibnu itu,,??’ terpotong...
‘mungkin dia tidak serius dan berniat salah dalam tahap
numrih ilmu,,!! Jangan jadikan kejadian dimasa lalu itu sebagai penghalang masa
depanmu, Aisyah,,!!’ pinta Assyifa..
‘iya, katanya kamu ingin mondok, tapi,,,???’
‘Apa kamu temannya Amar,,??’ tanya Aisyah mencoba untuk
mengalihkan pembicaraan..
Kedua gadis itu hanya bisa memaklumi sikap gadis
tersebut, lalu mengiyakan...
‘lantas, apa dia ada di desa ini,,??’ tanya Aisyah
cepat...
Kedua gais tadi saling bertatapan, lalu...
‘tidak,,!!’ jawab Layla bohong...
Demi kebaikan, mereka terpaksa berohong, mereka ingat
betul pesan Amar agar tetap menyembunyikan keberadaannya,takut kejadian yang
lalu terulang histeris lagi,,
@@@
Sore harinya,
Layla dan Assyfa menemui Amar, Maola dan Kang Asep di depan
masjid...
Dengan setengah berlari, Layla dan Assyifa
menghampirinya...
‘bagaimana,,,?? Kapan akan dimulai,,???’ tanya Assyifa...
‘ba’da Ashar, doakan saja masjid ini ramai...’
‘amiiiiiiiiiiiiin,,’
@@@
Adzan Ashar mulai berkumandang...
1.........2.........3...............4................5.................16...................17..............
Para jama’ah mulai meramaikan masjid, hingga..
Setelah shalat Ashar, sesuai misi dan Visi, Assyifa pun
dipersilahkan untuk mengisi ceramah...
Untuk kesempatan pertama kali ceramah di Masjid ini,
Assyifa ceramah denagn suksesnya dengan tema yang telah ia pelajari sebelumnya
di pondok,,, temanya adalah “keutamaan shalat”....
@@@
Dan Akhirnya di bulan ini, Masjid tersebut mulai tampak
ramai akan para jama’ah, tanpa ada gejala suatu apa, tapi setelah tiba di akhir
bulan, ketika Maola serta Kang Asep berjalan-jalan melewati desa Tanjung,
mereka mendengar sebuah kabar yang kurang berkenan...
‘di ceramah yang teakhir, katanya dengan kita membaca
shalawat, maksiat itu akan minggat, penyakit minggat,,!! Tapi buktinya, kenapa
Pak Seto yang selalu shalawatan palah justru masuk penjara gara-gara berbuat
maksiat,,?? ‘
Yang lainnya..
‘dan Bu Ning, dia mengindap penyakit darah tinggi, kenapa
ketika beliau membaca shalawat ketika penyakit tersebut kambuh, ketika membaca
dia baca shalawat, Bu Ning tetap masuk rumah sakit,,?? Dan lebih parahnya lagi
Pak Aryo yang merupakan keluarga kurang mampu, beliau terkena kejang-kejang
tadi malam, ketika dibacakan shalawat, beliau langsung meninggal,,!!’
Mendengar issyu seperti itu, Maola sempat menghentikan
langkahnya, lalu mengajaknya kembali ke rumah Amar, dan tak disangka-sangka
sebelumnya, ternyata ketika mereka sampai dipertigaan belok kanan, Maola dan
Kang Asep melihat Assyifa menangis , Layla menggiringnya pulang ke rumah
Amar...
@@@
Amar yang baru saja selesai mandi, ia pun keluar, ketiak
ia keluar tiba-tiba ia dikejutkan oleh tangisan Assyifa dan Layla yang tengah
menuntunnya duduk, dan ak jauh dipandangnya Kang Asep dan Maola berlarian
mendekat...
‘Assyifa kenapa menangis, Lay,,??’ tanya Amar...
Maola dan Kang Asep yang baru datang pun ikut
mendengarkan...
Layla bercerita...
@@@
2 jam yang lalu,
Assyifa dan Layla jalan-jalan menelusuri jalan setapak
menuju rumah Aisyah, tapi...
Sebelum sampai disitu, tiba-tiba mereka mendengar
perbincangan segerombol ibu-ibu yang sedang arisan...
‘ahh, percuma kita shalat, shalat ataupun tidak shalat,
sama saja,, derajat kita tetap,,’
‘jangan-jangan kita dibohongi oleh penceramah muda itu,
katanya kalau kita melakukan shalat, nikmat kita akan bertambah, tapi nyatanya
bukannya nikmat yang bertambah, tapi kok palah masalah senakin merajalela,,!!’
‘benar, kita lagi enak-enakkan kerja, palah disuruh
berhenti untuk shalat,,,!! Padahal kan kita shalat ataupun tidak shalat, sama
saja, harus bekerja untuk mendapatkan uang,,,!! Biar terhindar dari
kelaparan,,’
‘benar tuh, penceramahnya sok pintar,,, penipu,,’
‘mulai sekarang saya mau berhenti shalat...!!’
‘benar...’
@@@
Maola dan kang Asep pun saling bertatapan, ketika
mendengar cacian berupa itu,,
Lalu tak lama ia pun berceritatentang hal yanhg sama...
Amar yang mendengar kejadian kisah itu, merasakan ada
sebuah kegagalan...
Dan ia sungguh kecewa kepada Layla ketika itu...
‘Mar, apa kita akan tetap melanjutkan Visi Misi kita,,??’
tanya Layla yang mulai ragu lagi...
‘dengan segala kejadian kegagalan ini,,??’ sambungnya...
Amar tampak diam...
Tapi, dengan sedikit canggung, Assyifa mengangkat
mukanya, lalu dengan mata sembab ia memandang ke arah Amar...
‘Amar,,’
Mereka saling bertatap-tatapan penuh arti tersirat
didalamnya...
‘sebelumnya saya Minta maaf,,!! Sepertinya saya harus
pulang terlebih dahulu,,,’ ucap Assyifa dengan pelan, kepalanya ia tundukkan..
‘lho,,?? Kenapa,,?? Apa kamu sudah menyerah,,??’ tanya
Amar meragu...
Assyifa menggeleng, lalu ia menyodorkan handphone-nya
kepada Amar...
Tertera sebuah pesan pendek..
From : Ibunda
1 jam yang lalu...
Ass...
Assyifa, apa kamu
bisa pulang cepat,,?? Mas Ikhsan
masuk rumah sakit, Asmanya Kambuh tadi pagi, tadi ibunda sudah datang
kepondok, tadi kata Kyai kamu sedang ada dirumah teman kamu.
|
Hingga pada akhirnya...
Amar menghela nafas...
‘baiklah,,, kapan kalian mau pulang,,??’ tanya Amar
kemudian...
Assyifa dan Layla memang bertetanggaan jadi wajar kalau
Amar menganggap mereka itu memiliki perihal yang sama...
‘besok..’
‘besok pagi-pagi akan saya antar kalian,,,’ tawar Amar...
Tapi..
Assyifa tampak mengotak-atik handphone-nya kembali...
Lalu, dengan segera ia menyodorkan kembali handphonenya
kepada Amar...
Lalu..
Isi pesan...
From : Kang Aziz
45 menit yang lalu
Assalamu’alaikum,
Assyifa, tolong
sampaikan pada semuanya saja,,
Saya tadi dipanggil
oleh beliau, Mbah Kyai.
Beliau meminta kalian
untuk kembali ke pondok segera,, karena beliau memiliki firasat tidak baik
terhadap salahsatu santri diantara kalian berlima...
Wassalamu’alaikum
|
Degggg....
Serasa tak ada lagi harapan baginya,
Sehingga...
‘baiklah,,’
Wajah Amar menunjukkan kekecewaan terhadap teks pesan
itu, semua Santri yang ada disitu turut iba memandangnya, kemudian Amar
menyodorkan lagi handphone Assyifa, lalu ia pun masuk kedalam sambil memegangi
kepalanya yang tampak sakit...
@@@
Malam harinya,,
Di kamar Amar,
Amar tampak berbaring lemah di atas tempat tidurnya,
karena sebuah rasa sakit dikepalanya itu selalu membuatnya selalu kepikiran
akan harinya besok...
‘kenapa tubuhku tampak lelah sekali ketika memikirkan
perihal masjid itu,,??’ batinnya...
Tak lama kemudian ia pun tertidur...
@@@
Ketika Assyifa dan Rekan-rekan sedang berkumpul di
pondok, tiba-tiba Amar datang memakai pakaian serba putih, rambutnya
dibiarkannya terbuka tanpa peci yang biasa dikenakannya...
‘Amar,,!!’ sapa Assyifa sambil tersenyum...
Amar tampak tersenyum..
‘teman-teman, saya ingin minta maaf,,!! Atas segala
kesalahan saya terhadap kalian,!!’ ucap amar dengan singkat...
Santri yang ada disitu terkejut, dan salahsatu dari
mereka menyahut...
‘ngomong apa kamu, Mar,,?? Seharusnya kita yang minta
maaf karena selalu merendahkan kemampuanmu,,’ jawab seno...
Amar hanya tersenyum, dan...
‘Saya akan pergi,, do’akan saya agar saya selamat sampai
tujuan,,!! Terima kasih untuk semuanya,,!! Tolong bilang juga pada Mbah Kyai,
kalau saya akan pergi,,!! Jaga baik-baik diri kalian,,!!’ pinta Amar..
Semua santri tampak saling memandang. Tak faham..
‘dan Assyifa, ini untuk kamu,,!! Bunga mawar,,!!’
Amar memberikan bunga Mawar yang mekar itu, lalu...
‘selamat tinggal, semuanya,,,’
Tak lama kemudian Amar menghilang ditelan kabut yang
putih...
‘Amarrrrrrrrr...’ teriak para santri yang ada disitu...
Sehingga.......
@@@
‘Amarrrrr,,,’
Assyifa terbangun dari tidurnya,,,
Nafasnya tampak terengah-engah, diliriknya Layla yang
masih terlelap dalam tidurnya...
‘Astaghfirullahal’azimm,,!!!’ Ucap Assyifa seraya
mengelus dada...
‘Alhamdulillah, hanya mimpi...!!!’ ucap Assyifa sambil
tersenyum...
Assyifa pun melirik jam..
Jam menunjukkan pukul 20.55...
Tanpa enggan, ia pun meminum air putihnya lalu tidur
kembali..
@@@
Dan ke esokan harinya...
Ketika semua sudah berkemas, Amar masih belum tampak,
sehingga,,,
‘bu, Amar dimana ya,,?? Kok belum terlihat dari shubuh
tadi,,???’ tanya Maola...
‘coba kalian cek dikamarnya,,’ suruh ibu...
Tanpa enggan, ia pun mengeceknya..
@@@
Tampak, tubuh Amar masih tertutup oleh selimut,,,
‘Amar,,??’ panggil Maola...
Berulang kali, Maola melontarkan hal yang sama, tapi
tetap saja Amar tidak tergiur,,,
Karena penasaran, akhirnya Maola pun mendekatinya,,
‘Amar..’ panggilnya lagi...
Maola menyentuh tangan Amar, lalu menggoyang-goyangnya..
‘Mar.. Amar...’
Tapi tetap saja, Amar diam,,,
Karena merasa tidak sabaran dan tau sekali sifat Amar
yang suka bergurau, Akhirnya ia pun menarik tubuh Amar yang tampak miring,,,
Ia heran, kenapa ketik ditarik, Amar tetap diam,,???
‘Mar,,?? Amar,,??’ panggil Maola sekali lagi,,,
Wajah Amar tampak pucat pasi dalam tidurnya yang nyenyak,
Maola mulai ketakutan ketika Amar dipanggilnya tidak menyahut,,,
Dan berlahan ia meletakan jari telunjuknya di bawah
lubang hidung Amar, dan....
Deeeeeeeeeg.....
Tak ada tanda-tanda pernafasan....
Sehingga,,,
‘Mar.. Amarrrrrrrrrrrrrrr,,??’ teriaknya..
Teriakan itu membuat seisi rumah tersebut gempar, mereka
yang lain pun berhambur-hamburan mendekat...
‘ada apa, Maola,,? Kok teri...’
Belum selesai ngomong, Maola sudah menyela...
‘A...Amar me.. Amar Meninggal,,,!!!’
‘Amar meninggal,,,??’ tanya mereka tidak percaya...
Maola langsung menundukkan kepalanya, matanya mulai
berlinang..
‘innalilahi waa innaillaihi roji’un’ ucap mereka sambil berduka...
Sang Ibu yang mendengar berita itu pun tak kuasa menahan
air mata, sehingga..
‘amarrrrrrrrr’
Air Mata pun saling bertumpahan di kamar itu....
....Selesai Sebagian....
NB ; Baru Sebagian, Selesai seutuhnya di bagian keduanya.
Maaf, ganti judul,,,!! Karena Judulnya kurang tepat..!!!
dan lumayan kehabisan ide lagi,,,!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar